KONSERVASI ARSITEKTUR

Jumat, 03 Mei 2019

A.   PENDAHULUAN
Konservasi secara umum diartikan pelestarian namun demikian dalam khasanah para pakar konservasi ternyata memiliki serangkaian pengertian yang berbeda-beda implikasinya. Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu upaya untuk melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan dapat tetap terpelihara.
Menurut Danisworo (1991), konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya. Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dari aspek proses disain perkotaan (Shirvani, 1985), konservasi harus memproteksi keberadaan lingkungan dan ruang kota yang merupakan tempat bangunan atau kawasan bersejarah dan juga aktivitasnya.
Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan pula upaya preservasi namun dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat untuk menampung/memberi wadah bagi kegiatan yang sama seperti kegiatan asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai sendiri kelangsungan eksistensinya. Dengan kata lain konservasi suatu tempat merupakan suatu proses daur ulang dari sumber daya tempat tersebut.

·         JENIS – JENIS KONSERVASI
            Dalam pelaksanaan konservasi terhadap kawasan/ bangunan cagar budaya, maka ada tindakan-tindakan khusus yang harus dilakukan dalam setiap penanganannya (Burra Charter, 1999), antara lain:
  1. Konservasi yaitu semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa sehingga mempertahankan nilai kulturalnya
  2. Preservasi adalah mempertahankan bahan dan tempat dalam kondisi eksisting dan memperlambat pelapukan
  3. Restorasi / Rehabilitasi adalah upaya mengembalikan kondisi fisik bangunan seperti sediakala dengan membuang elemen-elemen tambahan serta memasang kembali elemen-elemen orisinil yang telah hilang tanpa menambah bagian baru
  4. Rekonstruksi yaitu mengembalikan sebuah tempat pada keadaan semula sebagaimana yang diketahui dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru dan dibedakan dari restorasi
  5. Adaptasi / Revitalisasi adalah segala upaya untuk mengubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang sesuai
  6. Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau membahayakan.

·         TUJUAN KONSERVASI
            Menurut David Poinsett, Preservation News (July, 1973. p5-7), keberadaan preservasi objek-objek bersejarah biasanya mempunyai tujuan:
                                              1.          Pendidikan
Peninggalan objek-objek bersejarah berupa benda-benda tiga dimensi akan memberikan gambaran yang jelas kepada manusia sekarang, tentang masa lalu, tidak hanya secara fisik bahkan suasana dan semangat masa lalu.
                                              2.          Rekreasi
Adalah suatu kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek bersejarah karena kita akan mendapat gambaran bagaimana orang-orang terdahulu membentuk lingkungan binaan yang unik dan berbeda dengan kita sekarang.
                                              3.          Inspirasi
Patriotisme adalah semangat yang bangkit dan tetap akan berkobar jika kita tetap mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita sebenarnya, bagaimana kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa tujuan mulia pendahulu kita. Preservasi objek bersejarah akan membantu untuk tetap mempertahakan konsep-konsep tersebut.
                                              4.          Eknomi
Pada masa kini objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana usahausaha untuk mempertahan bangunan lama dengan mengganti fungsinya telah menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang mendatangkan keuntungan.

·         MANFAAT KOBSERVASI

                                              1.          Memperkaya pengalaman visual
                                              2.          Memberi suasana permanen yang menyegarkan
                                              3.          Memberi kemanan psikologis
                                              4.          Mewariskan arsitektur
                                              5.          Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional

·         SKALA/LINGKUP KONSERVASI

                                          1.              Lingkungan Alami (Natural Area)
                                          2.              Kota dan Desa (Town and Village)
                                          3.              Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
                                          4.              Kawasan (Districts)
                                          5.              Wajah Jalan (Street-scapes)
                                          6.              Bangunan (Buildings)
                                          7.              Benda dan Penggalan (Object and Fragments)

·         KRITERIA KONSERVASI

                                          1.              Estetika
                                          2.              Kejamakan
                                          3.              Kelangkaan
                                          4.              Keistimewaan
                                          5.              Peranan Sejarah
                                          6.              Penguat Kawasan di Sekitarnya

·         PERAN ARSITEK DALAM KONSERVASI
Internal:
  1. Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
  2. Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse.
  3. Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.

Eksternal:
  1. Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
  2. Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines)
  3. Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
  4. Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.


B.     TELAAH PUSTAKA



Gereja Katedral Jakarta adalah sebuah gereja di Jakarta. Gedung gereja ini diresmikan pada 1901 dan dibangun dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa, yakni arsitektur yang biasanyadigunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu.

Arsitektur eksterior Katedral


Arsitektur gereja dibuat dengan gaya neo gothik. Denah bangunan berbentuk salib dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh tukang batu dari Kwongfu, China. konstruksi bangunan ini terdiri dari batu bata tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar bangunan.

Ada 3 menara di Gereja Katedral yaitu, Menara Benteng Daud, Menara Gading, dan Menara Angelus Dei. Ketiga menara tersebut terbuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari Nederland dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia.

·     Di menara gading terdapat jam yang pada mesinnya tertulis van Arcken & Cie.

·     Pada menara Benteng Daud terdapat lonceng yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Pada menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbangkan oleh Tuan Chasse. Lonceng yang terbesar bernama Wilhelmus yang merupakan hadiah dari Tuan J.H. de Wit. 

·     Patung Kristus Raja berada di halaman depan gereja.

·     Goa Maria, bentuk fisiknya mirip dengan Goa Maria di Lourdes Perancis. Goa ini terdapat di halaman samping gereja.

·     Pada pintu masuk utama terdapat patung Maria dan ada tulisan Beatam Me Dicentes Omnes’ yang berarti “Semua keturunan menyebut aku bahagia”.

·     Rozeta, merupakan jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria. Benda ini terletak di atas gerbang utama.

Arsitektur interior Katedral
Serambi Gereja, pada pintu utama terdapat sebuah batu pualam yang berisi informasi mengenai gereja ini didirikan oleh Arsitek Marius Hulswit 1899-1901. Pada tembok sebelah selatan terdapat pualam putih yang menjelaskan bahwa gedung ini digambar oleh Antonius Dijkmans. Pada sisi kiri terdapat monumen Du Bus yang dibuat di Belgia dan dipersembahkan kepada umat katolik.
Ruang Umat
·              Pieta: replika dari karya Michaelangelo yang menggambarkan Maria yang memangku jasad Yesus setelah diturunkan dari salib.
·              Lukisan Jalan Salib: dilukis di atas ubin yang dibuat oleh Theo Malkenboet.
·              Mimbar pengetahuan: hadiah dari Imamat Mgr Luypen yang didirikan oleh Pastor Wenneker”.
·              Pipe Orgel: dibuat di Belgia pada tahun 1988.
·              Lukisan foto Uskup: Wajah para uskup dan lambang serta motto yang bisa dinikmati melalui lukisan yang tergantung di dinding dekat pintu samping kiri-kanan gereja.

Panti Imam
·              Patung Ignatius de Loyola: terdapat pada pilar sebelah kiri di depan Altar Utama.
·              Patung Franciscus Xaverius (Seorang misionaris terkenal): terdapat di sebelah kanan.
·              Katedra: Tempat duduk uskup sewaktu memimpin misa.
·              Bejana Pemandian: Terbuat dari marmer.
·              Altar: Altar utama (berhiaskan relief dan patung ke-12 murid Yesus serta Ignatius de Loyola dan Franciscus Xaverius); Relekui pada ketiga altarnya, altar Maria (berhiaskan relief kehidupan Bunda Maria), dan Altar Yoseph (berhiaskan relief kehidupan Santo Yosepj).

KRITIK NORMATIF

Sabtu, 19 Januari 2019

METODE KRITIK NORMATIF
Dalam kritik normatif ini, kritikus mempunyai pemahaman yang diyakini dan kemudian  menjadikan norma sebagai tolak ukur, karena kritik normatif merupakan salah satu cara mengkritisi berdasarkan prinsip tertentu yang diyakini menjadi suatu pola atau standar, dengan input dan output berupa penilaian kualitatif maupun kuantitatif.
Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
  • Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai
  • Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif.
  • Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.
Kritik normatif terbagi dalam 4 metode, yaitu :
  1. METODA DOKTRIN ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
Doktrin sebagai dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur yang berangkat dari keterpesonaan dalam sejarah arsitektur.
  • Sejarah arsitektur dapat meliputi : Nilai estetika, etika, ideologi dan seluruh aspek budaya yang melekat dalam pandangan masyarakat.
  • Melalui sejarah, kita mengenal :
Form Follow Function – Function Follow Form
Form Follow Culture – Form Follow World View
Less is More – Less is Bore
Big is beauty – Small is beauty
Buildings should be what they wants to be
Building should express : Structure, Function, Aspiration, Construction Methods, Regional Climate and Material
Ornament is Crime – Ornament makes a sense of place, genius loci or extence of architecture.
  • Doktrin bersifat tunggal dalam titik pandangnya dan biasanya mengacu pada satu ‘ISME’ yang dianggap paling baik.
Keuntungan Metode Kritik Doktrinal
Dapat menjadi guideline tunggal sehingga terlepas dari pemahaman yang samar dalam arsitekturDapat memberi arah yang lebih jelas dalam pengambilan keputusan
  • Dapat memberikan daya yang kuat dalam menginterpretasi ruang
  • Dengan doktrin perancang merasa bergerak dalam nilai moralitas yang benar
  • Memberikan kepastian dalam arsitektur yang ambigu
  • Memperkaya penafsiran
Kerugian Metode Kritik Doktrinal
·      Mendorong segala sesuatunya tampak mudah
·      Mengarahkan penilaian menjadi lebih sederhana
·      Menganggap kebenaran dalam lingkup yang tunggal
·      Meletakkan kebenaran lebih kepada pertimbangan secara individual
·      Memandang arsitektur secara partial
·      Memungkinkan tumbuhnya pemikiran dengan kebenaran yang “absolut”
·      Memperlebar tingkat konflik dalam wacana teoritik arsitektur.
  1. METODE TIPIKAL
Kritik Tipikal/Kritik Tipical (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang termasuk pada kritik Kritik Normatif (Normative Criticism). Kritik Tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.
  • Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).
  • Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan  kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi
  • Metode Tipikal, yaitu suatu pendekatan yang mempunyai uraian urutan secara tersusun. Contoh. Bangunan sekolah, tipe yang ada ialah seperti ruang kelas, ruang guru,ruang kepala sekolah, ruang kesenian,  lab, perpustakaan, kantin, gudang, toilet.

  1. METODE TERUKUR
Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis :
  1.    Stabilitas Struktur
  •   Daya tahan terhadap beban struktur
  •   Daya tahan terhadap benturan
  •   Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan
  •   Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar sistem
  1.    Ketahanan Permukaan Secara Fisik
  •   Ketahanan permukaan
  •   Daya tahan terhadap gores dan coretan
  •   Daya serap dan penyempurnaan air
      2.   Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan
  •   Kebersihan dan ketahanan terhadap noda
  •   Timbunan debu
·         Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu dan Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan. Behaviour Follow Form
·        Lozar (1974), Measurement Techniques Towards a Measurement Technology in Carson, Daniel,(ed) “Man- Environment Interaction-5” Environmental Design Research Association, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :
Persepsi Visual Lingkungan Fisik
  • Menunjuk pada persepsi visual aspek-aspek bentuk bangunan. Bahwa bentuk-bentuk visual tertentu akan berimplikasi pada kategori-kategori penggunaan tertentu.
Sikap umum terhadap aspek lingkungan fisik
  • Hal ini mengarah pada persetujuan atau penolakan rasa seseorang terhadap berbagai ragam objek atau situasi.
  • Hal ini dapat dipandang sebagai dasar untuk mengevaluasi variasi penerimaan atau penolakan lingkungan lain terhadap keberadaan bangunan yang baru.
Perilaku yang secara jelas dapat diobservasi secara langsung dari perilaku manusia.
  • Dalam skala luas definisi ini berdampak pada terbentuknya pola-pola tertentu (pattern) seperti : Pola pergerakan, jalur-jalur sirkulasi, kelompok-kelompok sosial dsb.
  • Dalam skala kecil menunjuk pada faktor-faktor manusia terhadap keberadaan furniture, mesin atau penutup permukaan.
  • Teknik pengukuran dalam evaluasi perilaku melalui survey instrumen-instrumen tentang sikap, mekanisme simulasi, teknik interview, observasi instrumen, observasi langsung, observasi rangsangan sensor.

  1.  METODE SISTEMIK
  • Menggantungkan pada hanya satu prinsip akan mudah diserang sebagai : menyederhanakan (simplistic), tidak mencukupi (inadequate) atau kadaluarsa (out of dated )
  • Alternatifnya adalah bahwa ada jalinan prinsip dan faktor yang dapat dibangun sebagai satu system untuk dapat menegaskan rona bangunan dan kota.
Kritik sistematik dikembangkan dari satu analisis :
  • Bahwa Problem arsitek adalah membangun sistem dalam kategori-kategori formal yang tidak memungkinkan kita untuk melukiskannya dan membandingkannya dalam struktur yang formal. Ketika kita mengatakan bahwa analisis formal mengandung indikasi elements and relations.
  • Elements (bagian bentuk arsitektur ), bermakna bahwa kita harus memperlakukan objek sebagai dimensi kesebandingan.
Melahirkan konsep  :
  • Mass (massa),  Bentuk wujud tiga dimensi yang terpisah dari lingkungan
  • Space (ruang), Volume batas-batas permukaan di sekeliling massa
  • Surface (permukaan), batas massa dan ruang
  • Relations , bahwa kita menterjemahkan saling keterhubungan ini diantara dimensi-dimensi
  • Capacity of the structure, kelayakan untuk mendukung tugas bangunan
  • Valuable, nilai yang dikandung yang mengantarkan kepada rasa manusia untuk mengalami ruang.
MASJID AL-IRSYAD, PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT


`
MASJID AL-IRSYAD, PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT. PHOTO: EMILIO PHOTOIMAGINATION

Masjid Al-Irsyad Satya alias Masjid Al-Irsyad yang sederhana namun elegan dan terkesan khusyuk dan tenang bukan hanya menambah khazanah arsitektur bercorak keislaman, tetapi juga mempopulerkan nama arsiteknya, yakni Kang Emil – panggilan Muhammad Ridwan Kamil . Masjid yang berdiri di atas lahan seluas 1 hektar ini menyatu dengan Al-Irsyad Satya Islamic Schooldi Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, dan dibangun pada 7 September 2009.

Bukan hanya menempati 5 besar Building Of The Year 2010versi National Frame Building Associationkategori religious architecture(arsitektur keagamaan), melainkan Masjid Al-Irsyad pun meraih Green Leadership Awarddari BCI Asia. Menurut keterangan dari sebuah situs arsitektur populer, desain Masjid Al-Irsyad cukup populer di antara tempat ibadah lainnya dan hanya dikalahkan Gereja Tampa Covenant, Florida, Amerika Serikat.


MASJID AL-IRSYAD MERAIH GREEN LEADERSHIP AWARD DARI BCI ASIA. PHOTO: KOTA BARU PARAHYANGAN

Kesan sederhana namun elegan dan khusyuk dan tenang dari masjid seluas 1.871 meter persegi ini muncul dari tiga unsur warna yang dimilikinya, yakni putih, hitam, dan abu-abu. Dengan warna ini, Masjid Al-Irsyad memang tampak tidak mencolok. Hal ini bukan saja membuat keberadaannya nyaris menyatu dengan lingkungan alam di sekitarnya, tetapi juga membuatnya kondusif untuk dijadikan tempat ibadah yang – semestinya dilaksanakan secara – khusyuk dan tenang.
Lanskap Masjid Al-Irsyad berbentuk garis-garis melingkar yang mengelilingi bangunan masjid. Garis-garis melingkar tersebut terinspirasi oleh konsep tawaf(perjalanan para pelaksana ibadah haji dalam mengelilingi Ka’bah). Kemudian keberadaan pohon-pohon Ketapang Kencana (Terminalia Mantaly) di sekitarnya menambah keasrian dan keindahan lanskap masjid hasil kreasi Kang Emil ini.
Muka bangunan Masjid Al-Irsyad adalah susunan komplek beton (concrete block) yang membentuk kaligrafi dua kalimat syahadat. Bagian dindingnya merupakan batu bata yang ditata rapih namun unik, karena lubang dan celah antar batu bata tersebut tampak solid, sehingga manakala dipandang dari kejauhan, maka di permukaan dinding tersebut terbentuk dan terbaca dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah.


LUBANG PADA DINDING MASJID DIBENTUK SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA MEMBENTUK KALIGRAFI BERTULISKAN SYAHADAT. PHOTO: EMILIO PHOTOIMAGINATION

Selain berfungsi artistik (unsur keindahan), air kolam yang mengapit bangunan masjid pun bersifat fungsional untuk mendinginkan temperatur masjid di saat musim kemarau,sedangkan lubang dan celah dinding masjid bersifat fungsional sebagai ventilasi (lubang udara). Dengan demikian, sirkulasi udara di dalam ruangan Masjid Al-Irsyad jelas sangat baik. Pengunjung masjid ini bukan hanya akan merasa leluasa karena sirkulasi udara yang sangat baik tersebut, tetapi juga tidak merasa panas kendati tidak terdapat kipas angin dan AC di dalamnya.


SIRKULASI UDARA MASJID SANGAT BAIK. PHOTO: EMILIO PHOTOIMAGINATION

Jika siang hari sedang cerah, maka cahaya alami matahari akan menembus ke dalam ruangan masjid ini. Cahayanya tampak seperti sebuah elemen digital yang membentuk dua kalimat syahadat. Lalu saat senja, semburat cahaya matahari akan merangsek masuk ke dalamnya, sedangkan pada malam hari, cahaya lampu listrik dari dalam ruangan akan memancar keluar dan membentuk kaligrafi dua kalimat syahadat yang berpendar dengan indahnya.


PENGUNJUNG SEDANG SHALAT BERJAMAAH DI SIANG HARI. PHOTO: EMILIO PHOTOIMAGINATION

Di bagian dalam (interior), tampak 99 lampu, simbol Asmaul Husna(99 nama-nama Allah). Masing-masing tulisan pada lampu tersebut dapat dibaca jelas, dimulai dari sebelah kanan depan hingga nama-Nya yang ke-99 yang terdapat di sebelah kiri belakang ruangan masjid. Hal ini bukan semata-mata mempercantik interior, melainkan juga – terutama – mengingatkan pengunjung kepada sifat-sifat Allah yaitu Tuhan Yang Maha Pencipta.


SUASANA DI DALAM MASJID DI MALAM HARI. PHOTO: MUHAMAD FAHMI

Dari segi daya tampung, Masjid Al-Irsyad mampu menampung sekitar 1.500 jamaah. Ketiadaan tiang penyangga atau tiang penopang atap membuat ruangan menjadi benar-benar luas dan terkesan luas. Namun, bukan berarti tiada penyangga sama sekali. Sebab, dengan tiadanya kubah di bagian teratas membuat bagian langit-langit masjid cukup ditopang oleh empat sisi dinding yang berfungsi sebagai pembatas sekaligus penopang.


POSISI JAMAAH BENAR-BENAR MENGHADAP KE RUANG TERBUKA YANG HIJAU. PHOTO: EMILIO PHOTOIMAGINATION


Beranjak ke ruangan mihrab. Ruangan tempat imam shalat ini tampak didesain bukan hanya untuk memperlihatkan orang yang hadir di ruangan ini terhadap pemandangan (view) alam yang indah, akan tetapi juga – bersamaan itu – kepada ciptaan Allah Yang Maha Besar. Dengan kata lain, ruangan mihrab dirancang sebagai tempat menghadap Allah. Sebab, mihrab ini merupakan ruangan tanpa dinding dan benar-benar terbuka, sehingga tidak menghalangi pandangan mata orang yang ada di dalamnya ke arah gunung dan langit di sekitar Masjid Al-Irsyad.

Summer:https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/08/08/obl6oo313-interior-unik-masjid-alirsyad-satya-bandung