Nama: Saskia
Ramadhani Hadi
NPM: 26315414
Kelas: 2TB05
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan Teknik Arsitektur
Tahun Ajaran 2015/2016
PERTAHANAN NASIONAL
Pertahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa, meliputi seluruh
aspek kehidupannasional yang terintegrasi, berisi keuletan, dan ketangguhan
serta mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan dari luar maupun dari
dalam, langsung maupun tidak langsung membahayakan integrasi, identitas,
kelangsungan hidupbangsa dan negara , serta perjuangan mengejar tujuan
nasionalnya.
Asas Ketahanan Nasional
Asas Ketahanan
Indonesia adalah taat laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan
Wawasan Nusantara, yang terdiri dari :
1. Asas Kesejahteraan dan
Keamanan
Kesejahteraan dan kemakmuran dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan dan merupakan kebutuhan manusia yang mendasar dan esensial. Dengan
demikian, kesejahteraan dan keamanan merupakan asa dalam sistem kehidupan
nasional. Dalam kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional
yang dicapai merupakan tolok ukur Ketahanan Nasional
2. Asas Komprehensif
Integral atau Menyeluruh Terpadu
Sistem
kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa dalam bentuk
perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras pada
seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Asas Mawas ke Dalam
da Mawas ke Luar
Sistem
kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangsa yang
saling berinteraksi. Di samping itu, sistem kehidupan nasional juga
berinteraksi dengan linkungan sekelilingnya. Dalam proses interaksi tersebut
dapat timbul berbagai dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk
itu diperlukan sikap mawas ke dalam maupun keluar.
a.
Mawas ke Dalam
Mawas ke dalam bertujuan
menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri
berdasarkan nilai-nilai kemadirian yang proporsional untuk meningkatkan
kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh.
b.
Mawas ke Luar
Mawas Ke luar bertujuan
untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak lingkungan
stategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan ketergantungan
dengan dunia internasional.
4. Asas Kekeluargaan
Asas
kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan kebersamaan, kesamaan, gotong
royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Perbedaan tersebut harus dikembangkan secara serasi
dalam hubungan kemitraan agar tidak berkembangkan menjadi konflik yang bersifat
saling menghancurkan.
3. Sifat
Ketahanan Nasional
1. Mandiri
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah, dengan
tumpuan pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa.
2. Dinamis
Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau menurun,
tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, Negara serta lingkungan
strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat bahwa segala sesuatu di dunia ini
senantiasa berubah dan perubahan itu senantiasa berubah pula..
3. Wibawa
Keberhasilan
pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara lanjut dan berkesinambungan akan
meningkatkan kemampuan dan keseimbangan akan meningkatkan kemampuan dan
kekuatan bangsa. Makin tinggi tingkat Ketahanan Nasional Indonesia makin tinggi
pula nilai kewibawaan dan tingkat daya tangkal yang dimiliki oleh bangsa dan
negara Indonesia.
4. Kedudukan dan
Fungsi Ketahanan Nasional
Kedudukan dan fungsi
ketahanan nasional dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kedudukan :
Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang
perlu di implementasikan secara berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan
nasional yang ingin diwujudkan, wawasan nusantara dan ketahanan nasional
berkedudukan sebagai landasan konseptual, yang didasari oleh Pancasil sebagai
landasan ideal dan UUD sebagai landasan konstisional dalam paradigma
pembangunan nasional.
b. Fungsi :
Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar
nasional perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap,
pola tindak dan pola kerja dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter
– regional (wilayah), inter – sektoral maupun multi disiplin. Konsep doktriner
ini perlu supaya tidak ada cara berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Pada
hakikatnya merupakan arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional
disegala bidang dan sektor pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan sesuai
dengan rancangan program.
5. Ketahanan
Nasional dan Konsepsi Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang
dari dalam maupun dari luar.
Tujuan nasional dapat dijelaskan seperti dibawah ini :
Ketangguhan
Kekuatan yang
menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat bertahan, kuat menderita atau dapat
menanggulangi beban yang dipikulnya.
Keuletan
Usaha
secara giat dengan kemampuan yang keras dalam menggunakan kemampuan tersebut
diatas untuk mencapai tujuan.
Identitas
Ciri
khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan. Negara dilihat dalam
pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang dibatasi oleh wilayah
dengan penduduk, sejarah, pemerintahan, dan tujuan nasional serta dengan peran
internasionalnya.
Integritas
Kesatuan
menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik unsur sosial maupun
alamiah, baik bersifat potensional maupun fungsional.
Ancaman
Bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan
secara konseptual, kriminal dan politis.
Hambatan dan gangguan
Usaha
yang berasal dari luar dan dari diri sendiri yang bersifat dan bertujuan
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.
1. Konsepsi Ketahanan Nasional
Konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras
dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan terpadu berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945 dan wawasan nusantara dengan kata lain konsepsi ketahanan nasional
merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan.
a. Aspek Ekonomi
Ketahanan Ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan
perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional
dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan yang segara dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak
langsung.
b. Aspek Sosial Budaya
Ketahanan sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamis budaya
Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan
yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya.
c. Aspek Pertahanan dan Keamanan
Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamis
kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia mengandung keuletan,
ketangguhan, dan kemampuan dalam mengembangkan, menghadapi dan mengatasi segala
tantangan dan hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam yang secara
langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, integritas, dan
kelangsungan hidup bangsa.
d. Aspek Politik
Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan
politik bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional
dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak
langsung.
e. Aspek Ideologi
Dapat diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan ideologi bangsa
Indonesia. Ketahanan ini diartikan mengandung keuletan dan ketangguhan kekuatan
nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan
dan gangguan.
2. Mewujudkan Keberhasilan Ketahanan Nasional
a. Aspek Ekonomi
1.
Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan yang adil dan merata di
seluruh wilayah Nusantara melalui eknomi kerakyatan
2.
Ekonomi kerakyatan harus menghindari sistem free fight liberalism, etatisme,
dan monopoli ekonomi
3. Pembangunan
ekonomi merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan
4. Pemerataan
pembangunan dan pemanfaatan hasilnya dengan memperhatikan keseimbangan dan
keserasian pembangunan antarwilayah dan antar sektor.
b. Aspek Pertahanan dan Keamanan
1.
Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang
disertai keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengembangkan
kekuatan nasional dalam rangka menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan,
dan gangguan.
2.
Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
c. Aspek Ilmu Pengetahuan
Dilakukan lewat penguatan
empat pilar knowledge based economy (KBE), yaitu :
- Sistem pendidikan
- Sisten inovasi
- Infrastruktur masyarakat
informasi
- Kerangka kelembagaan,
peraturan perundangan, dan ekonomi
- Perbaikan kualitas
pelayanan kesehatan dan pendidikan
- Mewujudkan tumbuhnya
masyarakat yang berbudaya iptek
d. Aspek Ideologi
•Pengamalan pancasila
secara obyektif dan subyektif
•Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia
•Pendidikan moral Pancasila
•Sesanti Bhineka Tunggal
Ika dan konsep Wawasan Nusantara bersumber dari Pancasila
f. Aspek Politik
Upaya mewujudkan ketahan
pada aspek politik:
1. Politik
Dalam Negeri
• Sistem pemerintahan yang
berdasarkan hukum
• Mekanisme politik yang
memungkinakan adanya perbedaan pendapat
• Terjalin komunikasi
politik timbal balik antara pemerintah dan masyarakat
2. Politik Luar Negeri
• Hubungan luar negeri
ditujukan untuk meningkatkan kerjasama interansional di berbagai bidang
• Politik luar negeri terus
dikembangkan menurut prioritas dalam rangka meningkatkan persahabatan dan
kerjasama antarnegara
• Perjuangan bangsa
Indonesia yangf menyakut kepentingan nasional
STUDI KASUS (perlawanan G30S PKI)
Cerita singkat sejarah G30S PKI memiliki berbagai versi yang belum terungkap sejak
akhir era Orde Lama hingga saat ini. Sudah setengah abad atau 50 tahun sejak
kejadian berdarah pada 30 September 1965 tersebut. Kala itu berlangsung
penculikan para petinggi Angkatan Darat oleh sekelompok orang yang pada masa Orde
Baru diklaim sebagai bagian dari PKI (Partai Komunis Indonesia) yang
hendak melakukan kudeta.
G30S menjadi
titik awal perubahan dari Orde Lama menuju Orde Baru. Namun transisi itu
dilalui dengan rentetan peristiwa kelam. Setelah upaya kudeta yang gagal, opini
masyarakat yang mengemuka saat itu adalah, PKI sebagai biang keladi
pemberontakan. Lantas terjadi pembantaian terhadap anggota dan
pendukung PKI di berbagai daerah. Korban yang jatuh diperkirakan
mencapai 500 ribu orang hingga 3 juta. Hal ini ditambah dengan cap ‘buruk’ yang
melekat pada keluarga mantan anggota PKI yang terjadi selama lebih dari tiga
dasawarsa di era Orde Baru.
Belakangan
muncul perdebatan tentang perlu tidaknya pemerintah meminta maaf terhadap
keluarga mantan anggota PKI atas peristiwa pembantaian yang terjadi setelah
G30S. Sebagian kalangan menyatakan hal itu penting sebagai titik tolak agar
bangsa Indonesia bersatu, dan sebagian lagi menolak, karena berkeyakinan
PKI, yang sebelumnya juga pernah memberontak pada 1948, bersalah
karena hendak mengganti Pancasila dengan ideologi lain.
Kisah G30S PKI
sendiri, memiliki banyak versi. Yang paling populer adalah versi Orde
Baru, yang lantas diputar dalam film dokumentar-drama berjudul
“Pengkhiatan G30S/PKI’ karya Arifin C. Noer. Dalam versi ini, pada dini hari 1
Oktober 1965, terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal senior
Angkatan Darat oleh pasukan berseragam Cakrabirawa yang loyal terhadap PKI.
Enam jenderal
yang gugur adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R.Suprapto, Mayjen TNI M.T.
Haryono, Mayjen TNI S. Parman, Brigjen TNI D.I. Panjaitan, dan Brigjen TNI
Sutoyo Siswomiharjo. Satu jenderal senior lain, Jenderal TNI A.H. Nasution yang
merupakan sasaran utama, lolos dar maut. Namun ajudannya, Lettu CZI Pierre
Tendean tewas. Dalam versi ini G30S dipimpin oleh Letkol Untung Sutopo.
Pasca kejadian,
PKI melalui RRI mengumumkan terjadinya gerakan 30 September yang dilakukan
untuk mengakhiri ‘Dewan Jenderal’, sebutan untuk para perwira tinggi AD yang
diklaim hendak melakukan kudeta terhadap pemerintah. Namun pada akhirnya PKI
bisa ditumpas oleh Mayjen Suharto, yang kelak menjadi presiden Indonesia di era
Orde Baru.
Meskipun versi
ini paling populer, ada beberapa versi lain yang bisa dijadikan sebagai
perbandingan. Salah satunya, adalah, G30S ini merupakan rancangan Amerika
Serikat melalui CIA. Versi ini didasarkan pada teori kegelisahan AS atas
perkembangan Indonesia yang belakangan terlalu condong pada blok Uni Sovyet.
Dalam versi ini disebut, CIA menggunakan perpanjangan tangan TNI AD untuk
membersihkan PKI, setelah PKI terpancing oleh isu ‘Dewan Jenderal’ yang sengaja
diembuskan agar mereka bertindak lebih cepat dan terburu-buru.
Ada pula versi
lain, bahwa otak G30S adalah salah satu dari Soekarno atau Soeharto. Terdapat
pengakuan ajudan Bung Karno, Bambang Widjanarko dalam buku The Devious
Dalang karya Antonie Dake , bahwa Soekarno hendak membersihkan
jenderal-jenderal yang tidak loyal padanya. Sementara, dari versi kemungkinan
otak G30S adalah Soeharto, bisa dilihat dari posisinya yang akan sangat
menguntungkan jika para perwira tinggi AD lain dibunuh, dan PKI dicap sebagai
pelaku utama kejadian ini.
Berbagai versi
yang ada memang membutuhkan kajian yang lebih mendalam lagi. Sejarah sendiri
serba abu-abu, dan sosok penguasa punya kemungkinan untuk menuliskan sejarah
versinya sendiri. Namun seperti yang ditegaskan oleh KSAD, Jenderal Mulyono,
yang dibutuhkan bangsa Indonesia adalah selalu waspada dan tetap mempertahankan
ideologi Pancasila.
Dituturkan
Mulyono kepada CNN Indonesia, “Kita perlu merenung untuk menggugah kewaspadaan
agar peristiwa itu tidak terulang lagi.”
Referensi: Enam Versi
Dalang Gerakan 30 September (G30S) Tahun 1965 oleh Surya Narendra