KRITIK TIPIKAL

Jumat, 21 Desember 2018

K  R  I  T  I  K     T  I  P  I  K  A  L

Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi). 
Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan  kesemuanya dapat terangkum dalam satu typology. Contoh studi kasusnya adalah Burj Khalifa.



Burj Khalifa
Burj Khalifa (Menara Khalifa) adalah bangunan pencakar langit di Dubai, Uni Emirat Arab yang diresmikan pembukaannya pada 4 Januari 2010. Ketinggian pencakar langit ini adalah 828 meter (2.717 kaki). Burj Khalifa adalah bangunan tertinggi di dunia yang pernah dibuat oleh manusia. Dimulai dari melewati ketinggian Taipei 101 sebagai bangunan tertinggi di dunia pada 21 Juli2007. Pada tanggal 12 September 2007, Burj Khalifa berhasil melewati ketinggian CN Tower sebagai struktur bebas (tanpa penyangga) tertinggi di dunia dan pada tanggal 7 April 2008 struktur tertinggi di dunia dari Menara KVLY-TV yang berada di Blanchard, North Dakota, Amerika Serikat berhasil dilewati. Struktur tertinggi yang pernah dibuat oleh manusia, Menara Radio Warsawa 645,4 m (2.120 kaki) dibuat pada 1974 (namun runtuh pada saat renovasi pada 1991) berhasil dilewati pada 1 September 2008. Rekor lainnya adalah menara ini memunyai lift tercepat dengan kecepatan 60 km/jam atau 16.7 m/s, bangunan dengan paling banyak lantai: 160 (sebelumnya Menara Willis dan World Trade Center - 110 lantai), dll.


Konsep Desain
Desain Burj Khalifa berasal dari pola sistem yang terkandung dalam arsitektur Islam. Menurut insinyur struktur, Bill Baker dari SOM, desain bangunan menggabungkan unsur budaya dan sejarah tertentu ke wilayah tersebut. Sang arsitek, Adrian Smith, mengatakan jejak lobed tiga bangunan diilhami oleh bunga Hymenocallis. Menara ini terdiri dari tiga unsur yang disusun di sekitar inti pusat. Sebagai menara yang menaik dari dasar gurun datar, kemunduran terjadi pada setiap elemen dalam pola spiral, mengurangi penampang menara saat mencapai ke arah langit. Ada 27 teras di Burj Khalifa. Di bagian atas, inti pusat muncul dan membentuk sebuah puncak menara.





Analisa Bangunan Burj Khalifa
Pada ruang-ruang Burj Khalifa di lantai bawah terbagi menjadi tiga zona, yaitu hotel, residental, dan butik. Pada 3 zona ini terletak keluar padabangunan utama yang berbentuk kelopak bunga Hymenocallis. Zona-zona ini pun terpisah satu sama lain. Bagian-bagian pada bangunan berbentukbunga hymenocallis yang meruncing ke titik puncak ada bagian-bagian terpotong yang melingkari tinggi gedung. Jumlahnya sebanyak 27.Sungai-sungai & danau buatan di sekeliling Burj Khalifa mempertegas konsep desain kelopak bunga Hymenocallis.. Karena bunga tersebut hidup di atas air.

Summer: https://merylialoncat.wordpress.com/2011/12/29/skyscraper/

KRITIK INTERPRETATIF

Minggu, 25 November 2018

PENGERTIAN KRITIK INTERPRETATIF
Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.
3 meotde kritik interpretatif :
A. Kritik Evokatif (Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)
Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).
B. Kritik Advokatif (Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut.)
Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.
C. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru).
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
SPLOW HOUSE

Setelah kabar membanggakan datang dari Microlibrary Bandung karya SHAU yang berhasil meraih penghargaan Architizer A+ Awards kategori Arsitektur Komunitas, kembali kita mendapatkan kabar luar biasa dari karya arsitektur Indonesia yang juga meraih penghargaan dari Architizer A+ Awards 2017 untuk kategori Arsitektur dan Hunian Kecil versi Public Choice. Adapun karya yang mendapat penghargaan tersebut adalah Splow House dari Delution Architect.
Rumah yang dirancang oleh arsitek Muhammad Egha, Hezby Ryandi, Sunjaya Askaria, dan Fahmy Desrizal ini memang disesuaikan dengan kondisi lahan di kawasan Tebet, Jakarta yang sekarang relatif sempit. Dari depan rumah yang dibangun pada 2015 ini tampak kecil, namun kalau kita menengok ke dalam ternyata rumah ini cukup luas dan nyaman. Tak hanya itu, para arsitek rumah ini juga berusaha menekan biaya pembangunannya.




Berdiri di atas lahan berukuran 6 meter x 15 meter, mereka mencoba membuat rumah yang terang dengan cahaya matahari dan sirkulasi udara yang baik dengan biaya rendah. Hingga tercetuslah konsep Split-Grow House yang memungkinkan pemilik rumah untuk menambah ruangan sesuai dengan kebutuhan dan biaya yang dimilikinya. Pun dengan desain sirkulasi udara dan cahaya yang baik rumah ini akan menghemat energi dari penggunaan lampu dan pendingin ruangan.
Konsep split atau pemisahan bisa kita lihat dari pembagian lantai, yakni setiap lantai rumah dihitung sebagai setengah lantai yang dianggap sebagai mezanin Sekilas rumah ini tampak memiliki dua lantai, tapi sebenarnya rumah ini memiliki tiga tingkat lantai. Setiap lantai terhubung dengan tangga, sementara bagian kosongnya (void) bisa digunakan sebagai sumber sirkulasi pencahayaan dan udara secara alami.







Dari gambar yang saya lihat bisa kita jelaskan bahwa di lantai pertama mezanin terdapat ruang makan dan dapur yang terbuka. Ruangan ini juga terhubung dengan kamar tidur tamu. Perabot rumah didesain dengan material lightwood dan untuk memaksimalkan penerangan ruangan, dinding rumah dicat berwarna putih.
Menurut saya konsep penyederhanaan ruangan juga terbilang unik. Di ruang makan misalnya, terdapat meja lipat yang memungkinkan meja dibuat lebih panjang. Rak penyimpanan berada di samping tangga dan juga anak tangganya yang bisa dibuka dengan cara ditarik. Dengan begitu, konsep ini bisa meminimalisasi penambahan perabotan dan memperluas ruangan.






Kemudian di lantai mezanin kedua menjadi bagian rumah yang pertama kali dijajaki oleh pengunjung rumah. Di sini terdapat ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang baca di sudut ruangan. Juga terdapat jendela kaca lipat untuk menuju ke halaman samping rumah.
Dan di lantai mezanin ketiga terdapat kamar tidur anak beserta kamar mandi yang dilengkapi dengan koridor di depan pintu kamar. Koridor ini juga bisa digunakan sebagai tempat bersantai. Menurut saya material yang digunakan pada kamar mandi cukup memberikan suasana yang dingin. Sementara itu, kamar tidur utama terdapat di lantai selanjutnya.




Di depan kamar tidur utama juga terdapat koridor yang digunakan untuk meletakkan meja dan rak. Yang melengkapi sirkulasi cahaya di kamar utama adalah jendela yang besar pada fasad depan rumah yang dilengkapi dengan tirai putih abu-abu. Di kamar ini juga terdapat kamar mandi dengan desain yang berbeda dengan kamar mandi lainnya. Dan di lantai paling atas terdapat kamar tidur serta area mencuci dan menjemur baju.
Keunikan dari rumah ini menurut saya adalah masih memberikan sedikit lahan kosong untuk dibuat halaman selebar satu meter yang terletak di samping rumah. Tentu dengan adanya halaman ini akan sangat membantu sirkulasi udara sehingga rumah menjadi lebih sejuk.

Area ini juga berfungsi untuk meletakkan pompa air, sepeda, dan peralatan lainnya. Pada halaman ini arsitek mendesain dasar lantai dengan biopore (lubang air) yang cukup banyak sehingga dapat menghindari kebanjiran pada lantai mezanin paling bawah.

Untuk diingat kembali, Architizer A+ Awards merupakan program penghargaan arsitek terbesar di dunia yang diberikan kepada pencipta produk-produk arsitektur di dunia. Program ini bertujuan menciptakan kesadaran akan pentingnya arsitektur kepada masyarakat. Bahwa arsitek dalam hal ini berkontribusi banyak di setiap jengkal dan tempat bagi orang-orang yang tinggal di dalam bangunan rancangannya.

Kesimpulan
  •  Di lahan yang sempit, para arsitek dari Delution Arsitek mencoba merancang rumah yang minimalis dengan budget yang minim pula.

  • Konsep rumah 'split' seperti ini dirasa akan menghemat energi dan tentunya nyaman

  • Penyederhanaan ruang juga dilakukan pada perabot rumah

  • Jendela besar yang terdapat pada kamar tidur utama menurut saya memungkinkan cahaya matahari yang masuk cukup untuk menerangi ruangan di siang hari

  • Halaman sempit di samping rumah memungkinkan sirkulasi udara yang masuk cukup untuk menyejukkan rumah


Sumber




Contoh Bangunan Analogi Arkitektur

Minggu, 28 Oktober 2018

1. Museum Tsunami Aceh - Ridwan Kamil



Gedung yang kita lihat diatas adalah gedung Museum Tsunamiatau disebut juga "Rumoh Aceh Escape Hill" di Acehyang didesain oleh Dosen arsitektur Institut Tehnologi Bandung (ITB) M Ridwan Kamil,yang meraih juara pertama pada sayembara desain museum tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Ridwan mengikuti lomba desain berjudul "Rumoh Aceh as "Escape Hill"dari seluruh Indonesia.


Jika dilihat dari desain konsep, Rumoh Aceh Escape Buildingyang akan dibangun di atas areal 10.000 m2itu mengambil ide dasar rumoh Aceh yakni rumah tradisional masyarakat Aceh, berupa bangunan rumah panggung. Desain gambar yang tertuang dalam karya M Ridwan Kamilmemperlihatkan pada lantai pertama bangunan museum adalah ruang terbuka seperti rumah tradisional Aceh.


Gambar itu bermakna bahwa ruangan terbuka itu dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik dan jika terjadi banjir atau tsunami, maka laju air yang datang tidak akan terhalangi, jelas dia.

Selain itu, dalam desain terdapat unsur tradisional antara lain berupa tari Saman yang diterjemahkan dalam kulit luar bangunan eksterior. Sementara, denah bangunan merupakan analogi dari epicenter sebuah gelombang laut tsunami.


Dalam desain itu Ridwan mengilustrasikan bencana alam dalam sebuah bangunan yang sekaligus mengekspresikan kejadian tsunami 26 Desember 2004. Selain itu, tampilan eksterior karya tersebut juga mengekspresikan keberagaman budaya Aceh melalui pemakaian ornamen dekoratif unsur transparansi elemen kulit luar bangunan.

Sedangkan tampilan interiornya mengetengahkan sebuah tunnel of sorrowyang menggiring pengunjung ke suatu perenungan atas musibah dahsyat yang diderita warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan dan kekuasaan Allah dalam mengatasi sesuatu.



Desain museum ini juga memiliki escape hill, sebuah taman berbentuk bukit yang dapat dijadikan sebagai salah satu antisipasi lokasi penyelamatan terhadap datangnya banjir atau tsunami.

Kemudian juga ada TheHill of light, selain taman untuk evakuasi yang dipenuhi ratusan tiang, para pengunjung dapat meletakkan karangan bunga, semacam personal spacedan juga ada memorial hilldi ruang bawah tanah serta dilengkapi ruang pameran.


Museum tsunami juga mengandung nilai-nilai religi, seperti ruang yang disebut "The Light of God"Ruang berbentuk sumur silinder itu menyorotkan cahaya ke atas sebuah lubang dengan tulisan arab "Allahâ"dan dinding sumur silinder dipenuhi nama para korban.

Dalam desain gambar tersebut juga terlihat sebuah lorong sempit dan remang. Melalui lorong itu kita bisa melihat air terjun di sisi kiri dan kanannya yang mengeluarkan suara gemuruh air. Lorong itu untuk mengingatkan para pengunjung pada suasana tsunami.

2. L’Hemispheric at City of Art and Science, Valencia, Spain – Santiago Calatrava

L’ Hemispheric menggunakan analogi langsung. Konsep analogi yang dimunculkan oleh sang arsitek, Santiago Calatrava, adalah bola mata. Konsep in tidak hanya diterapkan untuk bentuk saja namun juga struktur, material hingga fasad. 
Konsep bola mata untuk mendasari bentuk bangunan 
Penggambaran Calatrava akan konsepnya begitu jelas sehingga bangunan benar-benar menyerupai mata. Bagian atas bangunan membentuk setengah elips dan sebuah kubah ditengahnya. Dengan elemen air, bangunan ini dipantulkan dengan pencerminan pada sumbu dasar bangunannya sehingga membentuk mata secara utuh. Selain mampu menambah kekayaan konsep Calatrava, dengan adanya air ini juga menjagi keharmonisan bangunan dengan lingkungan alam khususnya laut dan sungai yang terdapat didekatnya. 


Sketsa konsep L’Hemiispheric - Santiago Calatrava
As the site is close to the sea, and Valencia is so dr , I decided to make water a major element for the whole site using it as a mirror for the architecture.”
- Santiago Calatrava- 
Konsep bola mata untuk struktur bangunan 
Untuk menghadirkan konsep tersebut, bangunan ini dibangun menggunakan struktur cangkang sebagai penutup atapnya. Penggunaan struktur ini dikarenakan bentuknya yang menyerupai kubah dibutuhkan untuk penggunaannya sebagai planetarium dan teater yang membutuhkan bentangan cukup luas. Kubah ini juga dihasilkan tidak menggunakan lingkaran sebagai dasarnya melainkan bentuk menyerupai elips (dapat dilihat pada denah bangunan) 
Denah L’Hemispheric
Material untuk mengekspos konsep bola mata 
Bangunan ini menggunakan kombinasi material struktur yaitu beton dengan baja. Beton digunakan untuk penutup atap berupa cangkang (shell) dan struktur lengkung (arch) penahannya Sedangkan baja digunakan sebagai elemen – elemen struktur tegak yang menjadi pengaku arch bagian atas dengan arch bagian bawah. 

Tampak Selatan Olahan fasad untuk konsep bola mata

Terdapat 2 buah arch yang menopang bangunan ini. Pada salah satu sisi menjang kedua buah arch dihubungkan oleh baja – baja lurus yang diletakkan menyerupai pagar dengan jarak konstan yang memberi kesan bulu mata. Selain itu dibawah archbagian bawah terdapatcurtain wall dengan bingkai alumunium yang meneruskan garis – garis baja diatasnya memberikan kesan bulu mata yang lebih halus dibandingkan bagian atasnya. Seperti itulah Calatrava menerapkan analogi bola mata di segala sisi bangunan L’Hemispheric. 

3. Turning Torso, Swedia – Santiago Calatrava 

Menara ini mengambil analogi dari pergerakan tubuh manusia, yaitu bentuk tulang belakang yang dipilin. Dengan analogi seperti itu, menara ini memberi pembelajaran mengenai ‘movement’ dan ‘structure’. 

“... The very idea of a structure is synonymous with stability, statis and rigid organisation of elements in space.” (Tzonis&Lefaivre, 1995:10) 

Dari kutipan pernyataan diatas tergambarkan bahwa struktur itu adalah sesuatu yang sifatnya statis dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan pergerakan. Bahkan struktur seakan menetralkan pergerakan itu sendiri.

Namun, Calatrava sadar bahwa didalam struktur itu sendiri terdapat movement yang tidak dapat dihindarkan lagi pasti akan terjadi. Walaupun tampaknya ‘immobile’ atau tidak dapat bergerak, sebenarnya struktur itu sendiri berada pada suatu pergerakan yang konstan. 

Analogi tulang belakang pada Turning Torso

Pada tahap awal pemodelan, Calatrava menyusun beberapa balok persegi sedemikian mungkin disekitar baja penopang untuk menemukan wujud spiral yang mendekati bentuk tulang belakang manusia yang dipilin. Ini merupakan tahapan awal dari pentransformasian dari movement ke dalam sebuah struktur. 


Proses transformasi Turning Torso

Pada rancangan Turning Torso yang mengambil analogi tulang belakang manusia, bila dilihat secara struktur, tulang belakang manusia sangat memungkinkan terjadinya pergerakan, namun masih tetap dapat menjadi struktur yang kokoh dan bertahan hingga sekarang. Struktur ini kemudian dituangkan kedalam bentuk sketsa dan model sebagai cara pengeksplorasian bagaimana cara struktur itu bekerja dan tersusun dari bagian-bagian apa saja hingga akhirnya menjadi sebuah objek bangunan. 
Selain itu juga masih banyak bangunan yang menggunakan pendekatan analogi seperti Sydney Opera House-Jorn Utzon, Milwauke Art Museum-Santiago Calatrava, Kuwait Pavilion, dan sebagainya. 

JEMBATAN GALATA ISTANBUL, TURKI

Minggu, 03 Juni 2018


Description: C:\Users\Admin\Pictures\Jembatan galata istanbul 3.jpg







Letaknya yang strategis dalam hal budaya dan geografi membuat Jembatan Galata menjadi salah satu jembatan sekaligus tempat wisata terkenal di Turki. Selain Istanbul, Turki. Tak heran jika jembatan ini juga menjadi pilihan tempat nongkrong favorit bagi warga lokal dan wisatawan. Galata Köprüsü atau Galata Bridge adalah satu dari beberapa jembatan yang melintasi teluk Golden Horn (Haliç), di Istanbul, Turki. Jembatan ini menghubungkan bagian kota ‘lama’ dan ‘baru’ dari kota Istanbul bagian Eropa, yaitu menghubungkan distrik Eminönü dan Sirkeci di kota tua Istanbul (berpusat di Sultanahmet) dengan distrik Karaköy (Galata) dan Beyoğlu di bagian Istanbul modern. Jembatan Galata yang sekarang bisa kita lihat merupakan versi ke-5 dari jembatan jembatan Galata yang pernah dibuat sebelumnya dan selesai dibangun pada akhir tahun 1994. Jembatan ini memiliki panjang 490 m dan lebar 42 m. Selain lajur kendaraan bermotor, Galata Bridge juga memiliki 1 jalur kereta trem di bagian tengah dan 2 jalur khusus pejalan kaki. Desain jembatan ini juga unik, yaitu terdri dari 2 tingkat di kedua ujungnya, dengan lantai bawah ditempati oleh restauran-restauran dan juga cafe. Sementara bagian tengahnya, hanya memiliki 1 tingkat sehingga kapal-kapal tetap bisa lewat melalui bagian bawah jembatan. Terletak di teluk kecil di perairan selat Bosphorus, Jembatan Galata merupakan penghubung antara bagian kota tua Istanbul (di mana berdiri bangunan-bangunan dan istana kesultanan) dengan distrik Galata, Beyoğlu, Şişli, dan Harbiye di mana sebagian penduduknya adalah non muslim dan merupakan tempat para diplomat dan saudagar asing tinggal dan bekerja. Karena itu, jembatan Galata juga merupakan penghubung simbolik antara 2 peradaban dan kebudayaan yang berbeda. Jembatan Galata juga dikenal sebagai jalan menuju kota tua Konstantinopel, di mana terletak bangunan-bangunan bersejarah yang menjadi sisa-sisa kejayaan masa lampau era konstatinopel. Mengingat letaknya yang strategis dalam hal budaya dan geografi, Jembatan Galata merupakan salah satu jembatan sekaligus tempat wisata terkenal di Turki. Tempat ini juga menjadi tempat berkumpul atau nongkrong warga lokal Istanbul dan juga turis. Selain menawarkan pemandangan laut yang indah, Jembatan Galata juga menawarkan suasana yang hidup dan pengalaman khas Istanbul, Turki. Selain ramai oleh para nelayan yang memancing di tepi jembatan atas, di lantai bawah Jembatan Galata juga dipenuhi oleh restauran-restauran dan cafe yang menawarkan atmosfer khas dan pemandangan indah tengah laut. Selain menjual balik ekmek (sandwich ikan) yang sudah sangat populer, restauran-restauran di bawah Galata Bridge juga menyajikan aneka hidangan seafood jika Anda mau mencoba. Tetapi pastikan dulu harganya sebelum pesan biar tidak dikenakan tarif terlalu tinggi. Selain di bawah Jembatan Galata, balik ekmek juga banyak dijual oleh kapal-kapal terapung unik, yang tertambat di tepi dermaga di ujung jembatan sisi  Eminonu. Menikmati balik ekmek di sini juga sangat populer, baik di kalangan turis maupun warga lokal. Bahkan lebih sering menjadi pilihan karena dinilai lebih 'aman' dalam hal harga, khususnya bagi wisatawan asing. Karena itu, tenda tenda penjual balik ekmek di tepi dermaga ini hampir selalu ramai oleh pembeli. Selain balik ekmek, di tepi dermaga dekat Jembatan Galata juga banyak penjual jajanan khas Turki lainnya seperti  Simit dan Misir, dan juga pedagang kaki lima yang menggelar berbagai macam dagangan. Tepi dermaga ini merupakan tempat favorit untuk jalan-jalan dan duduk bersantai menikmati keindahan pemandangan sekitar. Masih di ujung Jembatan Galata di sisi  Eminonu,  juga terdapat masjid indah khas Istanbul yaitu Yeni Cami atau Masjid Baru (New Mosque). Terletak di pinggir laut, tangga dan dermaga depan masjid ini juga selalu ramai, dan menjadi tempat favorit untuk menelenggamkan diri dalam keindahan dan atmosfer khas kota Istanbul, Turki