1. Museum Tsunami Aceh - Ridwan Kamil
Gedung yang kita lihat diatas adalah gedung Museum Tsunamiatau disebut juga "Rumoh Aceh Escape Hill" di Acehyang didesain oleh Dosen arsitektur Institut Tehnologi Bandung (ITB) M Ridwan Kamil,yang meraih juara pertama pada sayembara desain museum tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Ridwan mengikuti lomba desain berjudul "Rumoh Aceh as "Escape Hill"dari seluruh Indonesia.
Jika dilihat dari desain konsep, Rumoh Aceh Escape Buildingyang akan dibangun di atas areal 10.000 m2itu mengambil ide dasar rumoh Aceh yakni rumah tradisional masyarakat Aceh, berupa bangunan rumah panggung. Desain gambar yang tertuang dalam karya M Ridwan Kamilmemperlihatkan pada lantai pertama bangunan museum adalah ruang terbuka seperti rumah tradisional Aceh.
Gambar itu bermakna bahwa ruangan terbuka itu dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik dan jika terjadi banjir atau tsunami, maka laju air yang datang tidak akan terhalangi, jelas dia.
Selain itu, dalam desain terdapat unsur tradisional antara lain berupa tari Saman yang diterjemahkan dalam kulit luar bangunan eksterior. Sementara, denah bangunan merupakan analogi dari epicenter sebuah gelombang laut tsunami.
Dalam desain itu Ridwan mengilustrasikan bencana alam dalam sebuah bangunan yang sekaligus mengekspresikan kejadian tsunami 26 Desember 2004. Selain itu, tampilan eksterior karya tersebut juga mengekspresikan keberagaman budaya Aceh melalui pemakaian ornamen dekoratif unsur transparansi elemen kulit luar bangunan.
Sedangkan tampilan interiornya mengetengahkan sebuah tunnel of sorrowyang menggiring pengunjung ke suatu perenungan atas musibah dahsyat yang diderita warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan dan kekuasaan Allah dalam mengatasi sesuatu.
Desain museum ini juga memiliki escape hill, sebuah taman berbentuk bukit yang dapat dijadikan sebagai salah satu antisipasi lokasi penyelamatan terhadap datangnya banjir atau tsunami.
Kemudian juga ada TheHill of light, selain taman untuk evakuasi yang dipenuhi ratusan tiang, para pengunjung dapat meletakkan karangan bunga, semacam personal spacedan juga ada memorial hilldi ruang bawah tanah serta dilengkapi ruang pameran.
Museum tsunami juga mengandung nilai-nilai religi, seperti ruang yang disebut "The Light of God"Ruang berbentuk sumur silinder itu menyorotkan cahaya ke atas sebuah lubang dengan tulisan arab "Allahâ"dan dinding sumur silinder dipenuhi nama para korban.
Dalam desain gambar tersebut juga terlihat sebuah lorong sempit dan remang. Melalui lorong itu kita bisa melihat air terjun di sisi kiri dan kanannya yang mengeluarkan suara gemuruh air. Lorong itu untuk mengingatkan para pengunjung pada suasana tsunami.
2. L’Hemispheric at City of Art and Science, Valencia, Spain – Santiago Calatrava
L’ Hemispheric menggunakan analogi langsung. Konsep analogi yang dimunculkan oleh sang arsitek, Santiago Calatrava, adalah bola mata. Konsep in tidak hanya diterapkan untuk bentuk saja namun juga struktur, material hingga fasad.
Konsep bola mata untuk mendasari bentuk bangunan
Penggambaran Calatrava akan konsepnya begitu jelas sehingga bangunan benar-benar menyerupai mata. Bagian atas bangunan membentuk setengah elips dan sebuah kubah ditengahnya. Dengan elemen air, bangunan ini dipantulkan dengan pencerminan pada sumbu dasar bangunannya sehingga membentuk mata secara utuh. Selain mampu menambah kekayaan konsep Calatrava, dengan adanya air ini juga menjagi keharmonisan bangunan dengan lingkungan alam khususnya laut dan sungai yang terdapat didekatnya.
Sketsa konsep L’Hemiispheric - Santiago Calatrava
As the site is close to the sea, and Valencia is so dr , I decided to make water a major element for the whole site using it as a mirror for the architecture.”
- Santiago Calatrava-
- Santiago Calatrava-
Konsep bola mata untuk struktur bangunan
Untuk menghadirkan konsep tersebut, bangunan ini dibangun menggunakan struktur cangkang sebagai penutup atapnya. Penggunaan struktur ini dikarenakan bentuknya yang menyerupai kubah dibutuhkan untuk penggunaannya sebagai planetarium dan teater yang membutuhkan bentangan cukup luas. Kubah ini juga dihasilkan tidak menggunakan lingkaran sebagai dasarnya melainkan bentuk menyerupai elips (dapat dilihat pada denah bangunan)
Denah L’Hemispheric
Material untuk mengekspos konsep bola mata
Bangunan ini menggunakan kombinasi material struktur yaitu beton dengan baja. Beton digunakan untuk penutup atap berupa cangkang (shell) dan struktur lengkung (arch) penahannya Sedangkan baja digunakan sebagai elemen – elemen struktur tegak yang menjadi pengaku arch bagian atas dengan arch bagian bawah.
Tampak Selatan Olahan fasad untuk konsep bola mata
Terdapat 2 buah arch yang menopang bangunan ini. Pada salah satu sisi menjang kedua buah arch dihubungkan oleh baja – baja lurus yang diletakkan menyerupai pagar dengan jarak konstan yang memberi kesan bulu mata. Selain itu dibawah archbagian bawah terdapatcurtain wall dengan bingkai alumunium yang meneruskan garis – garis baja diatasnya memberikan kesan bulu mata yang lebih halus dibandingkan bagian atasnya. Seperti itulah Calatrava menerapkan analogi bola mata di segala sisi bangunan L’Hemispheric.
3. Turning Torso, Swedia – Santiago Calatrava
Menara ini mengambil analogi dari pergerakan tubuh manusia, yaitu bentuk tulang belakang yang dipilin. Dengan analogi seperti itu, menara ini memberi pembelajaran mengenai ‘movement’ dan ‘structure’.
“... The very idea of a structure is synonymous with stability, statis and rigid organisation of elements in space.” (Tzonis&Lefaivre, 1995:10)
Dari kutipan pernyataan diatas tergambarkan bahwa struktur itu adalah sesuatu yang sifatnya statis dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan pergerakan. Bahkan struktur seakan menetralkan pergerakan itu sendiri.
Namun, Calatrava sadar bahwa didalam struktur itu sendiri terdapat movement yang tidak dapat dihindarkan lagi pasti akan terjadi. Walaupun tampaknya ‘immobile’ atau tidak dapat bergerak, sebenarnya struktur itu sendiri berada pada suatu pergerakan yang konstan.
Analogi tulang belakang pada Turning Torso
Pada tahap awal pemodelan, Calatrava menyusun beberapa balok persegi sedemikian mungkin disekitar baja penopang untuk menemukan wujud spiral yang mendekati bentuk tulang belakang manusia yang dipilin. Ini merupakan tahapan awal dari pentransformasian dari movement ke dalam sebuah struktur.
Proses transformasi Turning Torso
Pada rancangan Turning Torso yang mengambil analogi tulang belakang manusia, bila dilihat secara struktur, tulang belakang manusia sangat memungkinkan terjadinya pergerakan, namun masih tetap dapat menjadi struktur yang kokoh dan bertahan hingga sekarang. Struktur ini kemudian dituangkan kedalam bentuk sketsa dan model sebagai cara pengeksplorasian bagaimana cara struktur itu bekerja dan tersusun dari bagian-bagian apa saja hingga akhirnya menjadi sebuah objek bangunan.
Selain itu juga masih banyak bangunan yang menggunakan pendekatan analogi seperti Sydney Opera House-Jorn Utzon, Milwauke Art Museum-Santiago Calatrava, Kuwait Pavilion, dan sebagainya.