KRITIK INTERPRETATIF

Minggu, 25 November 2018

PENGERTIAN KRITIK INTERPRETATIF
Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.
3 meotde kritik interpretatif :
A. Kritik Evokatif (Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)
Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).
B. Kritik Advokatif (Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut.)
Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.
C. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru).
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
SPLOW HOUSE

Setelah kabar membanggakan datang dari Microlibrary Bandung karya SHAU yang berhasil meraih penghargaan Architizer A+ Awards kategori Arsitektur Komunitas, kembali kita mendapatkan kabar luar biasa dari karya arsitektur Indonesia yang juga meraih penghargaan dari Architizer A+ Awards 2017 untuk kategori Arsitektur dan Hunian Kecil versi Public Choice. Adapun karya yang mendapat penghargaan tersebut adalah Splow House dari Delution Architect.
Rumah yang dirancang oleh arsitek Muhammad Egha, Hezby Ryandi, Sunjaya Askaria, dan Fahmy Desrizal ini memang disesuaikan dengan kondisi lahan di kawasan Tebet, Jakarta yang sekarang relatif sempit. Dari depan rumah yang dibangun pada 2015 ini tampak kecil, namun kalau kita menengok ke dalam ternyata rumah ini cukup luas dan nyaman. Tak hanya itu, para arsitek rumah ini juga berusaha menekan biaya pembangunannya.




Berdiri di atas lahan berukuran 6 meter x 15 meter, mereka mencoba membuat rumah yang terang dengan cahaya matahari dan sirkulasi udara yang baik dengan biaya rendah. Hingga tercetuslah konsep Split-Grow House yang memungkinkan pemilik rumah untuk menambah ruangan sesuai dengan kebutuhan dan biaya yang dimilikinya. Pun dengan desain sirkulasi udara dan cahaya yang baik rumah ini akan menghemat energi dari penggunaan lampu dan pendingin ruangan.
Konsep split atau pemisahan bisa kita lihat dari pembagian lantai, yakni setiap lantai rumah dihitung sebagai setengah lantai yang dianggap sebagai mezanin Sekilas rumah ini tampak memiliki dua lantai, tapi sebenarnya rumah ini memiliki tiga tingkat lantai. Setiap lantai terhubung dengan tangga, sementara bagian kosongnya (void) bisa digunakan sebagai sumber sirkulasi pencahayaan dan udara secara alami.







Dari gambar yang saya lihat bisa kita jelaskan bahwa di lantai pertama mezanin terdapat ruang makan dan dapur yang terbuka. Ruangan ini juga terhubung dengan kamar tidur tamu. Perabot rumah didesain dengan material lightwood dan untuk memaksimalkan penerangan ruangan, dinding rumah dicat berwarna putih.
Menurut saya konsep penyederhanaan ruangan juga terbilang unik. Di ruang makan misalnya, terdapat meja lipat yang memungkinkan meja dibuat lebih panjang. Rak penyimpanan berada di samping tangga dan juga anak tangganya yang bisa dibuka dengan cara ditarik. Dengan begitu, konsep ini bisa meminimalisasi penambahan perabotan dan memperluas ruangan.






Kemudian di lantai mezanin kedua menjadi bagian rumah yang pertama kali dijajaki oleh pengunjung rumah. Di sini terdapat ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang baca di sudut ruangan. Juga terdapat jendela kaca lipat untuk menuju ke halaman samping rumah.
Dan di lantai mezanin ketiga terdapat kamar tidur anak beserta kamar mandi yang dilengkapi dengan koridor di depan pintu kamar. Koridor ini juga bisa digunakan sebagai tempat bersantai. Menurut saya material yang digunakan pada kamar mandi cukup memberikan suasana yang dingin. Sementara itu, kamar tidur utama terdapat di lantai selanjutnya.




Di depan kamar tidur utama juga terdapat koridor yang digunakan untuk meletakkan meja dan rak. Yang melengkapi sirkulasi cahaya di kamar utama adalah jendela yang besar pada fasad depan rumah yang dilengkapi dengan tirai putih abu-abu. Di kamar ini juga terdapat kamar mandi dengan desain yang berbeda dengan kamar mandi lainnya. Dan di lantai paling atas terdapat kamar tidur serta area mencuci dan menjemur baju.
Keunikan dari rumah ini menurut saya adalah masih memberikan sedikit lahan kosong untuk dibuat halaman selebar satu meter yang terletak di samping rumah. Tentu dengan adanya halaman ini akan sangat membantu sirkulasi udara sehingga rumah menjadi lebih sejuk.

Area ini juga berfungsi untuk meletakkan pompa air, sepeda, dan peralatan lainnya. Pada halaman ini arsitek mendesain dasar lantai dengan biopore (lubang air) yang cukup banyak sehingga dapat menghindari kebanjiran pada lantai mezanin paling bawah.

Untuk diingat kembali, Architizer A+ Awards merupakan program penghargaan arsitek terbesar di dunia yang diberikan kepada pencipta produk-produk arsitektur di dunia. Program ini bertujuan menciptakan kesadaran akan pentingnya arsitektur kepada masyarakat. Bahwa arsitek dalam hal ini berkontribusi banyak di setiap jengkal dan tempat bagi orang-orang yang tinggal di dalam bangunan rancangannya.

Kesimpulan
  •  Di lahan yang sempit, para arsitek dari Delution Arsitek mencoba merancang rumah yang minimalis dengan budget yang minim pula.

  • Konsep rumah 'split' seperti ini dirasa akan menghemat energi dan tentunya nyaman

  • Penyederhanaan ruang juga dilakukan pada perabot rumah

  • Jendela besar yang terdapat pada kamar tidur utama menurut saya memungkinkan cahaya matahari yang masuk cukup untuk menerangi ruangan di siang hari

  • Halaman sempit di samping rumah memungkinkan sirkulasi udara yang masuk cukup untuk menyejukkan rumah


Sumber