Nama: Saskia
Ramadhani Hadi
NPM: 26315414
Kelas: 1TB03
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan Teknik Arsitektur
Tahun Ajaran 2015/2016
Teori Dasar Desain Bangunan Hemat Energi
1. Kenyamanan Thermal
Suatu
tindakan yang mengharuskan para perancang dapat mengontrol masuknya cahaya
alami yakni matahari sesuai dengan kebutuhannya. Dengan begitu bangunan yang
berada di iklim dingin bisa menyerap masuknya cahaya matahari sebagai
penghangat ruangan. Namun untuk bangunan yang berada di iklim panas tetap
membutuhkan masuknya cahaya matahari secukupnya.
2. Kenyamanan Visual
Bagaimana
bangunan dapat mengontrol cahaya matahari yang masuk sebagai penerangan alami.
3. Kontrol Lingkungan Pasif
Agar
kenyamanan thermal dan visual mampu dicapai, maka memanfaatkan seluruh
potensi iklim setempat yang dikontrol dengan elemen – elemen bangunan (atap,
dinding, lantai, pintu, jendela, aksesoris, lansekap) yang dirancang tanpa
menggunakan energi (listrik).
4. Kontrol Lingkungan Aktif
Agar kenyamanan
thermal dan visual mampu dicapai, maka memanfaatkan seluruh potensi iklim yang ada dan
dirancang dengan bantuan teknologi maupun instrumen yang menggunakan energi
(listrik).
5. Kontrol Lingkungan
Hibrid
Agar bangunan hemat energi dapat diwujudkan dengan
maksimal maka kombinasi kenyamanan thermal dan visual dengan pasif dan aktif adalah
tindakan yang tepat.
Contoh
Bangunan Hemat Energi
Building and Construction Academy (BCA)
Salah satu bangunan yang hemat energy adalah Building and Construction
Academy (BCA). Gedung ini juga disebut dengan zero energy building (ZEP) atau
bangunan nol energi.
Mengapa
bisa disebut bangunan nol energi? Karena bangunan yang dirancang oleh DP
Architect itu menghasilkan energi yang dibutuhkan sehari hari dengan panel surya.
Gedung ini juga memanfaatkan air hujan untuk digunakan sebagai toilet.
Pencahayaan alami bisa dirasakan hampir di setiap sisi bangunan. Dengan begitu
bisa menghemat energi listrik untuk penggunaan pencahayaan buatan atau lampu.
Contoh
Bangunan Tidak Hemat Energi
(Margo City Mall)
(Margo Hotel)
Sepertinya
sangat mudah menemukan bangunan tidak hemat energi maupun bangunan yang kurang
sadar akan energi yang dipakai di sekitar kita. Contohnya bisa kita lihat
gedung gedung tinggi perkantoran, mall, maupun hotel yang sudah banyak dibangun namun kurang memerhatikan pentingnya menghemat energi. Bangunan seperti itu terlalu
banyak menggunakan energi listrik yang digunakan untuk lampu, ac dan alat
eletktronik lainnya yang berada di gedung tersebut. Perkantoran di ibu kota
Jakarta memerlukan energi listrik sebanyak 240 kWh/m2, mall 297 kWh/m2
sedangkan hotel 293 kWh/m2.
Secara
global, bangunan menghabiskan sekitar 40 persen energi dan sumber daya dunia.
Fakta tersebut membuat gedung sebagai salah satu pengguna energi terbesar.
Karena itu sudah selayaknya bila penghematan energi itu dimulai.